Belakangan ini, semakin banyak lagu yang dialihwahanakan menjadi film. Menariknya, ada kalanya sebuah lagu justru dikenal dari film yang ditonton. Pengalihwahanaan lagu menjadi sebuah film dapat menambah perspektif mengenai lagu tersebut. Terkadang, lagu yang terasa sederhana menjadi lebih bermakna karena kisah dalam lagu dapat diungkapkan secara lebih jelas. Industri perfilman tak henti-hentinya mencari sumber inspirasi untuk menciptakan cerita yang menarik dan selaras dengan realitas kehidupan. Lagu seakan mempunyai kekuatan emosional yang sangat besar dan dalam liriknya mengandung narasi yang kuat. Lagu-lagu yang tengah populer dan selaras dengan kehidupan menjadi sesuatu yang menarik untuk dikembangkan menjadi film. Sebuah lagu memiliki banyak pengaruh bagi para pendengarnya. Para pendengar menjadikan lagu sebagai hiburan dan pelipur lara. Lirik yang menyentuh, kisah di balik penciptaannya, serta resonansi emosional yang ditimbulkan, membuat banyak orang merasa terhubung dengan lagu-lagu tersebut. Hal ini lantas menjadi pemicu bagi para pembuat film untuk menggali lebih dalam dan menerjemahkan esensi lagu ke dalam bentuk visual yang lebih kompleks.
Alih wahana merupakan proses pengalihan suatu karya dari satu bentuk media ke bentuk lainnya. Dalam bukunya yang berjudul “Alih Wahana,” Damono (2018) menjelaskan bahwa alih wahana mencakup kegiatan penerjemahan, penyaduran, dan pemindahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Dewasa ini arus komunikasi dan media semakin canggih, terasa benar bahwa satu jenis kesenian semakin membutuhkan jenis kesenian lain, baik sebagai rujukan maupun dalam konteks proses intertekstual. Film, misalnya, tidak hanya mengadaptasi karya sastra seperti novel dan cerpen, tetapi juga mengambil inspirasi dari lagu, seni pertunjukan, bahkan permainan digital. Dalam konteks ini, alih wahana memungkinkan sebuah lagu yang awalnya hanya berbentuk audio dan lirik untuk berkembang menjadi sebuah narasi visual yang lebih luas.
Antara Ekspektasi dan Realita
Ketika sebuah lagu diadaptasi menjadi film, ekspektasi utama penonton adalah melihat bagaimana makna lirik diinterpretasikan secara visual dengan lebih mendetail. Film diharapkan dapat memperdalam atau memperluas cerita yang telah tersirat di dalam liriknya. Ingin menyaksikan bagaimana elemen-elemen dalam lagu, seperti emosi, alur cerita, dan pesan tersembunyi, diwujudkan dalam bentuk gambar, dialog, serta adegan-adegan yang memperkaya pengalaman mendengarkan lagu tersebut. Film tidak hanya diharapkan mampu untuk menampilkan isi lirik secara langsung, tetapi juga dapat mengembangkan atau memperkaya cerita yang tersembunyi di dalamnya. Selain itu, ekspektasi dari film yang diadaptasi dari lagu adalah dapat menambah konteks yang lebih luas, memberikan perspektif baru, serta menggali lebih dalam emosi dan konflik yang mungkin hanya tersirat dalam lagu aslinya. Misalnya, lagu dengan tema kesehatan mental diharapkan berkembang menjadi film yang tidak hanya merepresentasikan isu tersebut, tetapi juga memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang perjuangan individu yang mengalaminya. Dengan memberikan gambaran yang lebih mendalam, penonton dapat memperoleh pengalaman dan perspektif baru.
Dalam praktiknya, terdapat berbagai hal yang membuat adaptasi lagu ke film tidak selalu sesuai harapan. Sebuah lagu biasanya berdurasi 3-5 menit, sementara itu film membutuhkan setidaknya 90 menit untuk menyajikan cerita yang utuh. Perbedaan ini tentunya menuntut pengembangan narasi yang lebih kompleks, termasuk pengembangan karakter, penambahan alur cerita, serta elemen-elemen visual yang dapat mempertahankan keterlibatan penonton sepanjang film berlangsung. Kemudian, alih wahana lagu menjadi film tidak jarang menghadapi problematika terkait penyesuaian interpretasi. Lagu dapat memiliki berbagai makna tergantung pada perspektif pendengar. Akan tetapi, ketika lagu tersebut dijadikan film, maknanya akan lebih konkret selaras dengan tujuan pembuat film. Hal itu dapat menimbulkan kekecewaan bagi para penggemar lagu yang memiliki interpretasi berbeda dari yang ditampilkan dalam film. Terkadang, pengembangan dan pengubahan elemen pada film justru malah menghilangkan esensi asli lagu, membuat film terasa kurang mewakili perasaan atau pesan yang ada dalam lagu tersebut.
Selain itu, publik figur yang menjadi pemeran dalam film juga tidak jarang mendapatkan banyak kritik. Mereka dianggap tidak mampu untuk menyampaikan makna dan esensi dari lagu yang diadaptasi. Kritik juga sering muncul apabila publik figur tersebut lebih dikenal karena popularitas daripada kemampuannya dalam seni peran. Ekspektasi penonton pun cenderung tinggi karena menginginkan interpretasi yang mendalam dan autentik terhadap lagu yang diadaptasi, bukan sekadar penampilan yang mengandalkan ketenaran semata. Jika adaptasi tidak memenuhi harapan, publik figur dianggap gagal menghadirkan makna lagu, sehingga muncul anggapan bahwa popularitas tidak selalu sejalan dengan kualitas seni.
Alih wahana lagu menjadi film adalah proses kreatif yang menarik, tetapi penuh tantangan. Ekspektasi penonton sering kali tinggi, terutama jika lagu tersebut sudah memiliki basis penggemar yang besar. Namun, kenyataannya, banyak kendala yang membuat adaptasi ini tidak selalu berjalan mulus. Perbedaan interpretasi, keterbatasan durasi lagu, serta kebutuhan untuk membangun alur cerita yang menarik adalah beberapa hambatan utama dalam proses ini. Meskipun begitu, bukan berarti alih wahana lagu ke film tidak bisa berhasil. Dengan pendekatan yang tepat, keseimbangan antara kesetiaan terhadap lagu asli dan kreativitas dalam penceritaan bisa tercapai. Jika dilakukan dengan baik, film yang diadaptasi dari lagu dapat memberikan pengalaman baru yang memperkaya makna lagu tersebut, sekaligus menghadirkan cerita yang dapat dinikmati oleh audiens yang lebih luas.
Daftar Pustaka
Damono, S. D. (2018). Alih Wahana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
