Hari sudah malam, tetapi perut Mirah belum terisi apapun dari pagi. Sekarang, perutnya mulai terasa perih. Di rumahnya tak ada makanan. Ia juga tak memiliki uang, padahal Mirah ingin sekali makan mi rebus. Sudah sejak tadi siang ibunya pergi, demi mencari gas LPG tiga kilogram. Mirah terus menatap jam dinding yang berdetak di rumahnya. Dirinya berharap ibunya segera pulang dan membawa tabung gas LPG tiga kilogram dengan isinya, bukan hanya tabung gas kosong.
“Nduk, ibu pulang, tolong dibuka pintunya,” terdengar suara ibunya yang parau dari luar rumah. Tadi sebelum pergi, ibunya berpesan agar Mirah tetap di dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Mirah yang merasa sudah kelaparan, segera membuka pintu itu. Dibenaknya sudah terpikirkan bahwa ibunya berhasil mendapatkan gas LPG tiga kilogram beserta isinya dan ia akan segera menyantap mi rebus buatan ibunya.
“Nduk, makan ini dulu, ya. Ibu belum dapat gasnya. Maaf ya, Nduk,” dengan tatapan sendu dan mimik wajah yang lesu, ibunya menaruh satu bungkus roti isi selai nanas. Ibunya langsung terkulai lemas di kursi.
“Gasnya dapat kan, Bu? Mirah ingin makan mi rebus malam ini,” Mirah melongok melihat tabung gas yang ibunya letakkan di dekat pintu, lalu menatap ibunya dengan penuh harapan, ia ingin sekali makan mi rebus.
“Nggak, Nduk. Itu tabung gas kosong. Di pangkalan, gasnya sudah habis. Ibu juga nggak nemu dimana-mana. Pedagang makanan banyak yang tutup, mereka juga tidak punya gas. Kamu makan roti ini dulu, ya” Ibunya mengusap lembut rambut Mirah. Ibu berusia 42 tahun itu, berusaha menenangkan anaknya yang hampir menangis karena tidak bisa makan mi rebus hari ini.
“Kenapa ya, Nduk, kok pejabat-pejabat yang tinggal di rumah milyaran rupiah itu, malah menyusahkan hidup kita? Kenapa, ya, mereka selalu membuat kebijakan yang menyusahkan kita orang-orang tak mampu ini? Apa susahnya tidak mengganggu kemiskinan kita? Sudah hidup miskin, masih saja harus disiksa oleh pejabat tak tau diuntung itu,” ibunya melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu dengan tatapan yang kosong. Mirah melihat mata ibunya yang kosong itu. Mirah sekarang berada dalam dekapan ibunya, dia menangis. Menangis karena dirinya adalah orang miskin, bukan pejabat. Menangis karena dia hanya ingin makan mi rebus, bukan menginginkan segepok uang. Mirah hanya ingin makan mi rebus, kenapa pejabat itu mempersulit Mirah?
![[EDISI KHUSUS - MuSaFiR] Jangan Ganggu Kemiskinan Kami - ar](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fwww.notion.so%2Fimage%2Fattachment%253A8e882bee-e54a-488d-9375-44091b12eed8%253AMusafir_3_khs.jpg%3Ftable%3Dblock%26id%3D1d359d27-fb4d-80b5-a409-de610d96a111%26cache%3Dv2&w=3840&q=75)