Jangan Kasian Pada Tanganku
padahal seharusnya—walau aku senyum dalam panikmu—,
bukan kedua tanganku yang tak suci
atau kedua lenganku yang menjadi ladang dosa-dosa impulsif
yang semalam kau tangisi sampai isakmu
tertinggal bersama azan subuh di langit-langit kamarku,
tapi besok-besok
jika kau lihat ke samping di mana kau terduduk
kau diam kau lari kau jalan kau berbaring kau merangkak,
jika nampak sebongkah rasa membersamaimu dan ia hampir gigil,
tolong peluk saja yang itu:
yang mestinya kau tangisi
